Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Minggu, 24 November 2013

Membersihkan Pakaian Salaf Dari Noda Tuduhan Wahabisme (Part II)




Saya dituduh telah berdusta oleh Website Kabar Harian non komersil oknum Aswaja “Muslim Media News”

Entah atas gerangan apa “Muslim Media News”  menuduh saya telah berdusta dan telah menyebarkan kedustaan. Dan ternyata tuduhan mereka hanya berlandaskan kepada syubhat yang hanya seperti sarang laba-laba akan kelemahannya. Karena mereka hanyalah berputar-putar dalam syubhat namun tidak mengena sasaran. Syubhat yang tiada arti dan para pembaca  pun akan mengetahui siapa yang sebenarnya layak dikatakan “telah berdusta”

Lihatlah perkataan mereka:
“Mereka menyebarkan kebohongan tersebut dalam banyak blog atau situsnya, bahkan diunggah di Youtube. Diantaranya adalah blog http://al-amiry.blogspot.com milik bocah Medan bernama Muhammad Abdurrahman (1994) dengan judul "Membersihkan Pakaian Salaf Dari Noda Tuduhan Wahabisme

Lihat syubhat abal-abal mereka:

Dan ternyata bukan hanya saya saja yang kena tuduhan keji mereka, Ustadz Abu Yahya Badrus Salam hafidzahullah pun terkena bau busuk tudingan mereka, begitu pula ustadz Muhammad Riva’i dan Yunus selaku pembimbing website “darussalaf.or.id”

Mari kita lihat syubhat mereka:

Syubhat pertama:
“Sepintas kedua istilah antara Wahhabiyyah (الوهَّابيَّة) dan Wahbiyyah (الوَهْبِيَّة) tersebut hampir sama, namun jelas berbeda. Wahhabiyyah (Wahhabi) pengasasnya bernama Muhammad bin Abdul Wahhab. Sedangkan Wahbiyyah pengasasnya bernama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, wafat tahun 38 Hijiriyah.”

Sanggahan:
Oke, kita anggap pembedaan mereka antara wahbiyyah dan wahhabiyyah adalah benar. Bahwasanya “Wahhabiyyah” sekelompok tersendiri yang pengasas pertamanya adalah Syaikh Muhammad Bin Abdil Wahhab dan “Wahhabiyyah” kelompok tersendiri yang pengasasnya adalah Abdullah bin Wahbi Ar Rasibi dan bukan Abdul Wahhab bin Rustum. Maka kami katakan: mereka lah yang berdusta, mereka mengatakan pengasasnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab akan tetapi realita membantah mereka. Ternyata bukan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang mengasaskannya, karena kelompok Wahhabiyyah sudah ada ratusan tahun sebelum Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab lahir. Lihat kembali perkataan imam Al Lakhmi tentang “Wahhabiyah” yang mana beliau sudah wafat rastusan tahun lamanya sebelum syaikh Abdul Wahhab lahir[1]:

سئل اللخمي : عن أهل بلد بنى عندهم الوهابيون مسجداً ، ما حكم الصلاة فيه ؟
Imam Al Lakmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang “Wahabiyyun” membangun sebuah masjid, Bagaimana hukum shalat didalamnya?

Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:

خارجية ضالة كافرة ، قطع الله دابرها من الأرض ، يجب هدم المسجد ، وإبعادهم عن ديار المسلمين
“Firqoh Wahabiyyah adalah firqoh khawarij yang sesat,semoga Allah menghancurkan mereka, masjidnya wajib untuk dihancurkan dan wajib untuk mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin”[2]

Lihatlah wahai ikhwah sekalian, telah tampak bagi antum bahwasanya pengasas Wahhabiyyah bukan lah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab karena Wahhabiyyah sudah ada sebelum syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Bagaimana seseorang yang belum lahir ke dunia dapat mengasaskan sebuah firqah dan kelompok? Hanya orang jahil lah yang meng-iya kan nya.

Syubhat kedua:
Perkataan mereka: “Istilah Wahbiyyah dinisbatkan kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, bukan kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, wafat tahun 208 Hijriyah.

Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum bukanlah pendiri Wahbiyyah, apalagi Wahhabiyyah. Ibnu Rustum merupakan salah satu pemimpin pecahan Wahbiyyah yang alirannya dikenal dengan "Wahbiyyah al-Rustumiyyah". Persamaan diantara mereka adalah mereka semua sama-sama termasuk khawarij.”

Sanggahan:
Maka jelas perkataan ini bertentangan dengan sejarah jika dikatakan bahwasanya Abdul Wahhab bin rustum bukan pendiri Wahhabiyyah maupun Wahbiyyah. Mari kita melihat kembali bukti sejarah yang ada.  Al Faransi dalam kitabnya “Al Firaq Al Islamiyyah Fii Syamaal Ifriqiiyaa” mengatakan:

فقرأ أحدهم : الوهبية أو الوهابية  فرقة خارجية أباضية أنشأها عبد الوهاب بن عبد الرحمن بن رستم ، الخارجي الأباضيّ ، وسميت باسمه وهابية ، الذي عطّل الشرائع الإسلامية ، وألغى الحج ، وحصل بينه وبين معارضيه حروب

“Diantara mereka mengatakan: Al Wahbiyyah ataupun Al Wahhabiyyah sebuah firqah (kelompok) khowarij Ibadiyyah yang di dirikan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, seorang khawarij ibadiy, Dinamakan Wahhabiyyah karena sesuai namanya, dia adalah orang yang membatalkan syariat syariat islam. Dan meniadakan kewajiban haji, dan telah banyak peperangan yang terjadi antara dia dan penentangnya.


Syubhat ketiga:
Mereka mengatakan:
Kesalahan Dalam Penisbatan ?
Untuk melapisi kebohongan diatas, mereka juga kerap kali menyatakan bahwa penisbatan istilah "Wahhabiyyah" kepada Muhammad bin Abdul Wahhab adalah salah kaprah. Bahkan, ada ulama Wahhabi yang berbohong dan mengatakan bahwa penamaan Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, salah satu dari nama-nama Allah. Seperti yang dikatakan oleh ulama Wahhabi bernama Muhammad bin Jamil Zainu dalam bukunya Quthuf Min asy Syama’il al Muhammadiyyah

 وهابي نسبة إلى الوهاب وهو اسم من أسماء الله
"Nama Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, dan dia itu (al Wahhab) adalah salah satu dari nama-nama Allah”.

Jelas, mereka tidak paham bahwa penisbatan itu tidak harus disandarkan pada nama pendirinya (pengasasnya), bisa juga disandarkan kepada nama ayahnya, kakeknya, kakek dari kakeknya dan seterusnya. Didalam bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy.

Sanggahan:
Lihat kelucuan sang penulis, mereka menyatakan penisbatan tidak harus disandarkan kepada pendirinya, akan tetapi bisa dinisbatkan kepada ayah, kakek, dan kakek dari kakenya dan seterusnya.

Maka kami sanggah: Seseorang dapat dinisbatkan kepada ayahnya karena memang nasabnya berasal dari ayahnya. Seperti saya Muhammad Abdir Rahman bin Yani bin Amir bin Yahya, maka saya adalah Al Amiry karena menisbatkan kepada kakek saya. Akan tetapi menisbatkan pekerjaan (fi’il) kepada ayahnya maka tidak boleh.

Seperti: Terdapat seseorang bernama Adam Ibni Manshur, ternyata Adam ini adalah seorang pencuri dan dia telah tersingkap kemarin malam bahwasanya ia telah mencuri emas. Jika ditanyakan: Siapa pencuri emas kemarin malam? Apakah mungkin pencuri dinisbatkan kepada ayahnya, sehingga pencuri adalah Mashur ?? Sehingga bapaknya lah yang salah dan tertuduh ?? Jelas puncuri nya dinakan Adam Bukan nya Manshur. Silahkan pikirkan kembali perkataan anda.

Syubhat keempat:
“Didalam bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy

Sanggahan:
Lihat kelucuan penulis kembali, dia termakan oleh syubhatnya sendiri. Saksikan wahai Ikhwah.Dia menggunakan contoh untuk menisbatkan Wahhabiyyah kepada Muhammad bin Abdil Wahhab. Dia mengatakan “Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy” maka kami jawab: Abdul Qais itu adalah satu orang bukan dua orang. Yang dipermasalahkan bolehkah menisbatkan pekerjaan kepada orang lain? Kalau hanya penisbatan 2 nama yang hakikatnya pemilik nama tersebut adalah satu orang maka itu tidak nyambung. Karena yang kita bahas adalah yang ada pada nama tersebut 2 orang bukan 1 oeang. Muhammad dan ayahnya Abdul Wahhab. Maka dari itu, kami menisbatkan Wahhabi kepada Abdul Wahhab bin rustum. Karena Abdul Wahhab adalah nama milik dia sendiri bukan nama orang lain. Abdul Wahhab hanyalah 1 orang bukan 2 orang. Yang dipermasalahkan, anda kok bisanya semena mena dalam menisbatkan Wahhabi kepada Muhammad bin Abdil Wahhab padahal Muhammad orang tersendiri dan Abdul Wahhab orang tersendiri ?? yang mana Abdul Wahhab adalah bapaknya bukan orang yang tertuduh. Seharusnya anda menjuluki kami dengan Muhammadiyyah bukan Wahhabiyyah. Kalau Abdul Qais adalah Qaisy maka Abdul Wahhab adalah Wahhabi bukan Muhammad bin abdil Wahhab. Sebagaimana perkataan anda sendiri “Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy”. Maka saran saya kepada penulis, banyak-banyaklah belajar sebelum berbicara.  

Syubhat kelima:
Penulis mengatakan:
Pemuka Wahhabi di Qatar, Ahmad bin Hajar Al Buthami Al bin Ali menulis sebuah buku berjudul "as Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab ‘Aqidatuh as Salafiyyah Wa Da’watuh al Islamiyyah" yang mana buku ini diedit dan sebarluaskan oleh pemuka Wahabi lainnya, yaitu “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. Dicetak tahun 1393 H, penerbit Syarikat Mathabi’ al Jazirah.

Pada halaman 105, ia dengan bangga memakai dan menuliskan nama Wahhabi :

فلما التقى الوهابيين في مكة
“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahabi di Mekah…”

Juga menuliskan:

استطاع الوهابيون أن يقيموا الدولة الإسلامية على أساس من المبادئ الوهابية
“… orang-orang Wahabi mampu mendirikan Dawlah Islamiyyah di atas dasar ajaran-ajaran Wahabiyah”

Kemudian juga menuliskan:

ولكن الدعوة الوهابية
“Akan tetapi dakwah Wahabi…”

Juga menuliskan:

يدينون الإسلام على المذهب الوهابي
“Meraka (orang-orang Wahabi) beragama Islam di atas madzhab Wahabi...”.

Ulama Wahhabi lainnya bernama Dr Muhammad Khalil Al-Harras secara terang benderang menggunakan nama Wahhabi didalam kitab karyanya yaitu "Al- Harakatul Wahhabiyah (Gerakan Wahhabi)" . Contoh penggunakan Wahhabi didalam kitabnya :
Pada halaman 11 disebutkan :

ﺍﺳﺲ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ
"Dasar-dasar gerakan Wahhabi..."

Halaman 14 disebutkan :

ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺗﻮﻛﻴﺪ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan tauhid ..."

Halaman 17 dan masih banyak lagi disebutkan :

ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻬﺎ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya..."

Sanggahan:
Wahai penulis budiman, Lihatlah kepada Hakikat dan bukan nama.

العبرة بالحقيقة لا بالمسميات

“Sesuatu dihukumi dengan hakikat dan bukan dengan nama”

Seandainya anda mengatakan khomr adalah Bir Bintang ataupun sebaganya dengan nama yang baik, akan tetapi hakikatnya adalah khomr maka hukumnya tetaplah dia khomr. Walaupun anda mengatakan kami Wahhabi namun hakikat kami menyelisihi wahhabi yang suka mengkafirkan maka tetaplah kami bukan wahhabi seperti yang anda bayangkan.

Walaupun anda mangatakan kepada kami seribu kali dengan julukan wahhabi namun hakikat kami menyelisihinya maka tudingan anda tak berarti bagi kami. Maka jika anda menjuluki hakikat kami yang selalu berusaha mendakwahkan tauhid dan memerangi bid’ah dengan julukan wahhabi maka kami bangga dengan wahhabi.

“Ketika kami katakan tahlilan dilarang oleh Imam Syafi’i
Kamipun dihujat sebagai Wahabi
Ketika kami tinggalkan maulidan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ajarkan …  Kamipun dikirimi “berkat”  Wahabi”

“Ketika kami takut mengatakan bahwa Allah subhaanahu wa ta’ala itu dimana-mana sampai ditubuh babipun ada…  Kami pun dibubuhi stempel Wahabi”

“Ketika kami mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua mata kaki, …,…., kami pun dilontari kecaman Wahabi”

Tapi…!
Apabila Wahabi mengajak kami beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah… Maka kami rela mendapat gelar  Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’ala … Maka kami Pe–De memakai mahkota Wahabi !

Apabila Wahabi menuntun kami menjauhi syirik, khurafat dan bid’ah… Maka kami bangga menyandang baju kebesaran Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka kamilah pahlawan wahhabi !

Ada yang bilang.…. Kalau pengikut setia Ahmad shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari Wahabi, maka kami mengaku sebagai Wahabi.
Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!

PenulisMuhammad Abdurrahman Al Amiry

Artikel
alamiry.net (Kajian Al Amiry)


Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.


Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry


[1] Al Lakhmi wafat pada tahu 478 H dan syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab wafat pada tahun 1115 H
[2] Fatwa Al Lakhmi ini disebutkan oleh Al Winsyarisi dalam kitabnya Al Mi’yar Al Mu’rib Fi Fatawa Ahli Al Maghrib pada jilid 11 Hal. 168

Abdurrahman Al-Amiry adalah seorang penuntut ilmu dan pengkaji islam, serta mudir atau pimpinan ponpes Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel. Keseharian beliau adalah mengajar dan berdakwah di jalan Allah. Beliau menghabiskan waktu paginya dengan mengajar para santri dan menghabiskan waktu malam dengan berdakwah lepas di berbagai masjid..

8 komentar:

  1. Alhamdulillah... Jazakallohu khoiron akhii... semoga Allohu ta'ala melindungi dan memanjangkan umur antum dalam keberkahan.

    BalasHapus
  2. Ahir jaman banyak syubhat.... maka mari kita yg lemah ini sembari menuntut ilmu, tetaplah memohon pertolongan kpd Allah Jallaa Jalaluuh agar kita ditetapkan dalam Tauhid dan diberikan basyiroh

    BalasHapus
  3. Ingin tahu siapa Wahabi sesungguhnya? Ini ceritanya:
    Alkisah di negeri antah berantah terdapat sebuah organisasi keagamaan. Nama organisasi tsb adalah CAK NO. Ajarannya gabungan antara islam dan kejawen. Makanya asasnya bernama ASli WArisan JAwa. Ciri-ciri dari pimpinan, tokoh beserta anggota organisasi ini antara lain untuk prianya mudah tensi alias kebakaran jenggot. Makanya jenggot mereka pada habis karena terbakar. Nggak tahulah apa penyebab mereka ini mudah marah. Yg jelas mereka marah kalo ada orang yang ingin menjalankan sunnah dan menjauhi bid'ah seperti yg diperintah Allah dan RasulNya. Kalo ketemu orang yg seperti ini mereka menyebut wahabi. Mereka nggak sadar kalo salah seorang pendiri organisasi mereka bernama Abdul Wahab juga. Ya, Abdul Wahab, bukan hanya BIN Abdul Wahab. Maka secara bahasa yg pantas disebut Wahabi sebenarnya kelompok ini.
    Kemungkinan kedua jenggot mereka ini terbakar karena kebablasan nyumut rokok. Karena rokok bagi organisasi ini suatu "kewajiban". Kalo nggak merokok nggak diakui atau minimal kurang diakui loyalitasnya.
    Sedangkan perempuannya juga pada kebakaran. Tapi yg terbakar adalah kerudungnya atau bahkan bajunya. Makanya kerudung mereka pendek-pendek atau hanya pakai kupluk, atau bahkan nggak pake kerudung sama sekali. Begitu juga dg bajunya. Sudahlah nggak bisa dikatakan lagi. Nggak ada atsar atau bekas dari keislaman mereka. Akan tetapi para pimpinan dan tokoh mereka enjoy aja melihat yg demikian itu. Justru kalo ada wanita yg mencoba menerapkan ajaran islam yg sebenarnya malah dicemooh. Wal iyyadzu billah.
    Demikianlah cerita dari negeri antah berantah. Alhamdulillah kita masih dikenalkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dg Islam yg benar. Sehingga kita tdk mudah kebakaran jenggot, terbukti semakin panjang dan lebat saja kayak jenggotnya para Rasul, Nabi dan para a'immatul ummah salafunasshalih.
    Demikian juga para akhwatnya senantiasa istiqomah dan tidak mudah kebakaran kerudung atau jilbabnya apalagi bajunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mau tanya bid'ah itu apa mas. tolong pencerahanya?

      Hapus
  4. akhi al karim, yang antum maksud bid'ah itu apa ya. terus yg antum maksud beribadah sesuai dengan al qur'an dan as sunnah itu yg seperti apa contohnya? apakah itu murni dari al qur'an dan as sunnah saja? mohon pencerahan jawabanya. makasih

    BalasHapus
  5. Bismillah ... Sudah masyhur dikalangan ulama ahlussunah wal jama'ah yang menisbatkan pandangannya kepada sawadul a'dhom, bahwa yang dinamakan gerakan wahabiyah adalah gerakan yang diperolopori oleh Muhammad ibn Abdul Wahab An Najdi .. demikianpun yeng tertulis dalam kitab-kitab yang sezaman dengannya semisal saudaranya sendiri Sulaiman ibn Abdul Wahab An Najdi :-) Wallahu'alam ...

    BalasHapus

Contact Me

Adress

Ma'had Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel

Phone number

+62 89520172737 (Admin 'Lia')

Website

www.abdurrahmanalamiry.com